Keterangan : Dalam artikel ini kami menulis organisasi Budi Utomo dengan ejaan lama, yaitu Boedi Oetomo.
Tanggal 20 Mei di setiap tahunya selalu diperingati sebagai hari kebangkitan nasional. Untuk mengenang, bahwasanya Indonesia telah mencapai kemerdekaan atas bangkitnya semangat rakyat dari kolonialisme dan imperialisme Eropa, yang ditandai dengan lahirnya organisasi Boedi Oetomo, organisasi dengan struktur modern pertama di Indonesia kala itu.
Organisasi Boedi Oetomo dinilai telah merepresentatifkan semangat pemuda untuk dapat maju, dan meninggalkan pemikiran-pemikiraan konservatif yang telah lama mengekang masyarakat khususnya masyarakat Jawa, seiring dengan berjalanya kolonialisme.
Adalah Wahidin Soedirohoesodo, atau yang lebih dikenal dengan Dr. Wahidin. Dokter lulusan STOVIA yang terus berhasrat menginginkan kemajuan di Jawa, yaitu dengan majunya pemikiran masyarakat akan pendidikan barat, atau dikenal dengan "perluasan pendidikan barat", yang menjadi butiran pertama dalam gula-gula organisasi Boedi Oetomo.
Pemikiranya yang senantiasa luas dan menggebu-gebu membuat karier nya tidak hanya dunia kesehatan yang memang sudah jadi bidangnya. Pada tahun 1901, ia menjabat sebagai redaktur majalah Retnodoemilah. Dari sini ia mulai menyebarluaskan propaganda nya terkait pendidikan barat, selain melalui pidato-pidato yang disampaikanya di khalayak ramai masyarakat Jawa, dan pendekatan kepada priayi-priayi Jawa.
Pada tahun 1901-1902, sebenarnya gerakan untuk bangkit dari masyarakat Jawa sebenarnya sudah ada. Organisasi-organisasi pun telah banyak lahir. Namun organisasi-organisasi ini harus mati di akhir, karena keterbatasan dana operasional organisasi dan kurangnya semangat yang mampu membuat organisasi-organisasi ini bertahan.
Lantas, mengapa demikian?
Sudah dapat kita pastikan sendiri, sebabnya adalah pemikiran masyarakat Jawa kali itu yang masih belum "terbuka."
Wahidin Soedirohoesodo berpegang teguh pada 3 hal yang selalu ia kemukaan pada semua orang. Salah satunya adalah penegasanya tentang pengaruh Hindu-Buddha pada kebudayaan Jawa dibandingkan dengan pengaruh Islam. Dalam salah satu pidato nya, ia mengatakan :
"............Kecenderungan akan kedudukan pegawai priayi pada orang Jawa agaknya berasal dari tradisi lama, yaitu pengaruh Brahmanisme,Syiwaisme, dan Wisnuisme. Pada semuanya ini dua kasta paling bawah, waisya dan sudra, tidak diperbolehkan bergaul dengan kasta kshatriya atau golongan bangsawan. Karenanya, jika ada orang Jawa saling bertemu, tampaklah adanya perbedaan besar antara rakyat biasa dengan bangsawan. Adat demikian masih berlaku dengan amat kuat. Dan sekolah-sekolah pun terikat kuat oleh rantai baja. Siapakah yang akan melepaskan ikatan rantai ini? Hanya Sang Waktu yang dapat menjawabnya............"
"............Kecenderungan akan kedudukan pegawai priayi pada orang Jawa agaknya berasal dari tradisi lama, yaitu pengaruh Brahmanisme,Syiwaisme, dan Wisnuisme. Pada semuanya ini dua kasta paling bawah, waisya dan sudra, tidak diperbolehkan bergaul dengan kasta kshatriya atau golongan bangsawan. Karenanya, jika ada orang Jawa saling bertemu, tampaklah adanya perbedaan besar antara rakyat biasa dengan bangsawan. Adat demikian masih berlaku dengan amat kuat. Dan sekolah-sekolah pun terikat kuat oleh rantai baja. Siapakah yang akan melepaskan ikatan rantai ini? Hanya Sang Waktu yang dapat menjawabnya............"
Feodalisme nampaknya masih mengakar kuat di masyarakat Jawa. Kaum priayi menjadi yang paling dominan dalam tatanan masyarakat. Demi kelancaran pergerakanya Wahidin sering menemui para priayi dan asisten residen. Namun kebanyakan dari mereka menolak, karena melihat latar belakang Wahidin yang merupakan seorang dokter Jawa, yang kala itu derajatnya disamakan dengan asisten wedan senior (pembantu bupati). Dalam tulisan-tulisan nya di majalah Retnoedoemilah pun Wahidin lebih sering menggunakan nama samaran. Karena pada dasarnya, apabila menggunakan nama asli, dan apabila penulis adalah seorang priayi, rakyat biasa tidak ingin mengikuti pemikiranya. Dan apabila sebaliknya, rakyat biasa tersebut cenderung akan sering dicemooh. Nampaknya dari dua hal inilah yang menjadikan organisasi-organisasi pergerakan di Jawa cenderung cepat mati.
Kemudian, munculah organisasi Boedi Oetomo, atas hasil pertemuan dari Dr. Wahidin dengan dua orang murid STOVIA, yaitu Soetomo dan Soeradji. Pengaruh lingkungan mereka yaitu Batavia yang sudah layaknya kota maju, dan banyaknya orang-orang intelek lah yang membuat pikiran kebanyakan murid STOVIA terbuka.
Dr. Wahidin, Soetomo, dan Soeradji dapat kita lihat memiliki latar belakang yang sama. Mereka sama-sama orang yang ahli di bidang kesehatan. Dr, Wahidin yang lebih tua dari dua orang lainya, mampu mempengaruhi mereka dengan ide-ide nya akan kemajuan di Jawa. Soetomo dan Soeradji yang juga terbuka akan suatu kemajuan dan hal-hal yang baru, tentunya dengan mudah terpengaruhi terlebih karena Dr. Wahidin yang memiliki bidang keahlian yang sama dengan mereka, yang membuat mereka semakin percaya. Dr. Wahidin pun dengan tangan terbuka tentunya sangat menerima keberadaan kedua anak muda ini, karena semangat ala pemuda mereka yang semakin terus berapi-api. Dari sini kita sudah dapat melihat, faktor pertama yang membuat organisasi Boedi Oetomo mampu bergerak dengan pesat dan mampu mempengaruhi atau menyalakan semangat pergerakan nasional adalah kekuatan dari dalam organisasi nya itu sendiri. Kekuatan saling mengisi antara pemikiran orang tua dan semangat orang-orang muda.
Organisasi Boedi Oetomo akhirnya didirikan pada tanggal 20 Mei 1908, yang kemudian oleh pemerintah Indonesia ditetapkan sebagai hari kebangkitan nasional. Karena Boedi Oetomo pada tanggal ini berdiri sebagai organisasi modern pertama, yang menandakan kebangkitan semangat pemuda, untuk Indonesia.
Selanjutnya, Soetomo dan Soeradji yang sudah terpengaruhi gagasan-gagasan Wahidin langsung menularkan semangatnya untuk mendirikan perkumpulan Boedi Oetomo kepada rekan-rekanya di STOVIA. Mereka berdua sama-sama berkeliling dari satu kelas ke kelas lain untuk mencari dukungan dari rekan-rekanya di sekolah. Minat terbesar datang dari rekan-rekan nya yang berasal dari Jawa, yang merupakan mayoritas siswa di STOVIA. Perkiraan jumlah siswa dari Jawa itu sendiri berkisar dari 90-111 orang (ontwikkeling 1926 : 348). Sudah dibayangkan berapa banyak massa yang sudah dapat Soetomo dan Soeradji "bawa". Setelah itu, mereka pun mulai menyebarkan surat edaran berisi imbauan agar organisasi Boedi Oetomo didirikan pula di Semarang, Magelang, dan Yogyakarta.
Pada tanggal 3-5 Oktober 1908 organisasi Boedi Oetomo kemudian menggelar kongres yang pertama di sekolah pendidikan guru di Yogyakarta. Kongres itu dipimpin oleh Dr. Wahidin. Kongres ini dihadiri oleh 300 orang. Para utusan meliputi orang-orang baik dari Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Sebagian besar dari mereka adalah kaum priayi. Agenda kongres ini adalah menetapkan untuk menetapkan tujuan organisasi, yaitu kemajuan yang selaras untuk negeri dan bangsa, yang meliputi kemajuan di bidang pendidikan, pertanian, pertenakan dan dagang, teknik dan industri, kebudayaan (kesenian dan ilmu). Karena Boedi Oetomo adalah organisasi pribumi Jawa pertama, kongres ini mendapatkan banyak perhatian pers Hindia. Yogyakarta kemudian dipilih sebagai pusat organisasi, karena dipandang sebagai "tempat denyut jantungnya jawa".
Dalam kongres ini pun dibentuk badan kepengurusan. R.AA Tirtokoesoemo, Bupati Karanganyar, terpilih sebagai ketua. Ia adalah seorang bupati yang maju, dan giat dalam memajukan pendidikan barat. Dengan inisiatifnya sendiri, ia mendirikan sekolah gadis di kabupatenya, dan mengangkat anak-anak perempuanya sebagai guru-guru kepala. Golongan tua menyetujui keputusan untuk mengangkatnya sebagai ketua karena ia adalah bupati, sedangkan golongan muda mendukungnya karena ia adalah orang yang berpikiran terbuka, bukan dari kalangan priayi luhur sehingga dianggap dapat lebih memahami keinginan rakyat.
Sebelum kongres siswa-siswa STOVIA telah banyak mengadakan hubungan dengan tokoh-tokoh terkemuka di kalangan pribumi. Dengan secara khusus Soewarno di kongres menyebutkan usaha para bupati Jepara, Demak, Temanggung, Karanganyar dan Kuoardjo. Bersama siswa OSVIA Magelang dan R.A.A.A Tjokrosoetomo, Soetomo pergi ke Kabupaten Temanggung untuk membahas masalah Boedi Oetomo bersama priayi-priayi di sana. Dari usaha-usaha ini, dapat kita simpulkan bahwasanya kekuatan kedudukan priayi di kalangan masyarakat Jawa masihlah kuat. Sebenarnya usaha semacam ini sudah pernah dilakukan oleh Dr. Wahidin. Namun perbedaan usaha pendekatan yang dilakukan para siswa STOVIA ini lebih mengedepankan kehati-hatian dalam menentukan pilihan, dimana mereka banyak melakukan pendekatan kepada orang-orang yang dinilai sebagai priayi tinggi, yang telah tergugah hatinya. Sejauh ini, dapat kita ketahui kembali, faktor lain yang mampu menjadi kekuatan Boedi Oetomo adalah dukungan dari para priayi, yang pada bahasan sebelumnya cukup sulit untuk didapatkan.
Dalam 5 tahun berdirinya organisasi ini, organisasi ini telah berperan sebagai wadah bagi orang-orang yang memiliki keinginan untuk maju, dan mengabdi bagi bangsa. Organisasi ini pun mempunyai kedudukan monopoli, sehingga dapat maju pesat. Di akhir tahun 1909, Boedi Oetomo telah mempunyai kurang lebih 10.000 anggota dengan 40 cabang organisasi.
Dengan berdiri dan berkembangnya organisasi Boedi Oetomo telah lahirlah pula organisasi dengan model barat, dimana organisasi memiliki kepengurusan yang berperiodik, memiliki anggaran dasar dan anggaran rumah tangga serta program kegiatan, mengadakan rapat-rapat serta kongres, dan anggota-anggota nya pun banyak berpendapat.
Lantas, kita sampai pada pertanyaan utama kita :
apa yang organisasi Boedi Oetomo berikan pada pergerakan nasional?
Semangat dalam bentuk inisiatif untuk membuat organisasi yang mampu membawa perubahan dan menggolakan semangat pemuda.
Inisiatif Dr. Wahidin, Soetomo, dan Soeradji untuk membentuk organisasi Boedi Oetomo yang kemudian diikuti oleh organisasi-organisasi lain yang mungkin berbeda aliran seperti halnya Indiche Partij dan Sarekat Islam. Tahun-tahun tersebut merupakann ledakan panjang semangat organisasi Indonesia.
Walaupun sebenarnya, ada hal-hal lain yang membangkitkan semangat pergerakan nasional, diantaranya faktor Internasional, yaitu kebangkitan Asia yang berupa gelombang antusiasme di dunia Asia menyusul kemenangan Jepang atas Rusia tahun 1905.
Namun tentunya organisasi Boedi Oetomo ini memang memberikan dampak yang sangat besar bagi pergerakan nasional. Dengan faktor-faktor yang telah disinggung di atas, organisasi ini menjadi semakin kuat. Menurut Nagazumi (1987 ), diantara organisasi-organisasi nasional Indonesia yang pertama, Boedi Oetomo harus dipandang kurang penting dibandingkan Sarekat Islam. Tetapi di bidang lain arti penting Boedi Oetomo jangan hendaknya diremehkan. Bahwa organisasi itu secara relatif bebas dari prasangka keagamaan dan kemandekan tradisi, selanjutnya hasratnya untuk memajukan kecerdasan, serta kebencianya terhadap kepatuhan yang membabi-buta dan sikap masa bodoh, semuanya itu mencerminkan aspek-aspek terbaik di dalam etos jAwa san juga modernisme Belanda. Sebab itu, tidaklah mengherankan bahwa diantara semua organisasi pribumi, Boedi Oetomo adalah yang paling tanggap terhadap kecenderungan sikap progresif dalam politik etik Belanda.
Organisasi Boedi Oetomo pantas diberikan label sebagai organisasi pelopor pergerakan Indonesia, karena mampu menjadi jalan bertemunya orang-orang terpelajar Jawa, tanpa kehilangan kepercayaan dari Pemerintah Belanda.
Daftar Pustaka :
Nagazumi, Akira. 1989. Bangkitnya Nasionalisme Indonesia : Budi Utomo 1908-1918. Jakarta : Pustaka Utama Grafiti.
Van Miert, Hans. 2003. Dengan Semangat Berkobar : Nasionalisme dan Gerakan Pemuda di Indonesia, 1918-1930. Jakarta : Hasta Mitra, Pustaka Utan Kayu.
Pringgodigo SH, A.K. 1997. Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia. Jakarta : Dian Rakyat.
Kemudian, munculah organisasi Boedi Oetomo, atas hasil pertemuan dari Dr. Wahidin dengan dua orang murid STOVIA, yaitu Soetomo dan Soeradji. Pengaruh lingkungan mereka yaitu Batavia yang sudah layaknya kota maju, dan banyaknya orang-orang intelek lah yang membuat pikiran kebanyakan murid STOVIA terbuka.
Dr. Wahidin, Soetomo, dan Soeradji dapat kita lihat memiliki latar belakang yang sama. Mereka sama-sama orang yang ahli di bidang kesehatan. Dr, Wahidin yang lebih tua dari dua orang lainya, mampu mempengaruhi mereka dengan ide-ide nya akan kemajuan di Jawa. Soetomo dan Soeradji yang juga terbuka akan suatu kemajuan dan hal-hal yang baru, tentunya dengan mudah terpengaruhi terlebih karena Dr. Wahidin yang memiliki bidang keahlian yang sama dengan mereka, yang membuat mereka semakin percaya. Dr. Wahidin pun dengan tangan terbuka tentunya sangat menerima keberadaan kedua anak muda ini, karena semangat ala pemuda mereka yang semakin terus berapi-api. Dari sini kita sudah dapat melihat, faktor pertama yang membuat organisasi Boedi Oetomo mampu bergerak dengan pesat dan mampu mempengaruhi atau menyalakan semangat pergerakan nasional adalah kekuatan dari dalam organisasi nya itu sendiri. Kekuatan saling mengisi antara pemikiran orang tua dan semangat orang-orang muda.
Organisasi Boedi Oetomo akhirnya didirikan pada tanggal 20 Mei 1908, yang kemudian oleh pemerintah Indonesia ditetapkan sebagai hari kebangkitan nasional. Karena Boedi Oetomo pada tanggal ini berdiri sebagai organisasi modern pertama, yang menandakan kebangkitan semangat pemuda, untuk Indonesia.
Selanjutnya, Soetomo dan Soeradji yang sudah terpengaruhi gagasan-gagasan Wahidin langsung menularkan semangatnya untuk mendirikan perkumpulan Boedi Oetomo kepada rekan-rekanya di STOVIA. Mereka berdua sama-sama berkeliling dari satu kelas ke kelas lain untuk mencari dukungan dari rekan-rekanya di sekolah. Minat terbesar datang dari rekan-rekan nya yang berasal dari Jawa, yang merupakan mayoritas siswa di STOVIA. Perkiraan jumlah siswa dari Jawa itu sendiri berkisar dari 90-111 orang (ontwikkeling 1926 : 348). Sudah dibayangkan berapa banyak massa yang sudah dapat Soetomo dan Soeradji "bawa". Setelah itu, mereka pun mulai menyebarkan surat edaran berisi imbauan agar organisasi Boedi Oetomo didirikan pula di Semarang, Magelang, dan Yogyakarta.
Pada tanggal 3-5 Oktober 1908 organisasi Boedi Oetomo kemudian menggelar kongres yang pertama di sekolah pendidikan guru di Yogyakarta. Kongres itu dipimpin oleh Dr. Wahidin. Kongres ini dihadiri oleh 300 orang. Para utusan meliputi orang-orang baik dari Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Sebagian besar dari mereka adalah kaum priayi. Agenda kongres ini adalah menetapkan untuk menetapkan tujuan organisasi, yaitu kemajuan yang selaras untuk negeri dan bangsa, yang meliputi kemajuan di bidang pendidikan, pertanian, pertenakan dan dagang, teknik dan industri, kebudayaan (kesenian dan ilmu). Karena Boedi Oetomo adalah organisasi pribumi Jawa pertama, kongres ini mendapatkan banyak perhatian pers Hindia. Yogyakarta kemudian dipilih sebagai pusat organisasi, karena dipandang sebagai "tempat denyut jantungnya jawa".
Dalam kongres ini pun dibentuk badan kepengurusan. R.AA Tirtokoesoemo, Bupati Karanganyar, terpilih sebagai ketua. Ia adalah seorang bupati yang maju, dan giat dalam memajukan pendidikan barat. Dengan inisiatifnya sendiri, ia mendirikan sekolah gadis di kabupatenya, dan mengangkat anak-anak perempuanya sebagai guru-guru kepala. Golongan tua menyetujui keputusan untuk mengangkatnya sebagai ketua karena ia adalah bupati, sedangkan golongan muda mendukungnya karena ia adalah orang yang berpikiran terbuka, bukan dari kalangan priayi luhur sehingga dianggap dapat lebih memahami keinginan rakyat.
Sebelum kongres siswa-siswa STOVIA telah banyak mengadakan hubungan dengan tokoh-tokoh terkemuka di kalangan pribumi. Dengan secara khusus Soewarno di kongres menyebutkan usaha para bupati Jepara, Demak, Temanggung, Karanganyar dan Kuoardjo. Bersama siswa OSVIA Magelang dan R.A.A.A Tjokrosoetomo, Soetomo pergi ke Kabupaten Temanggung untuk membahas masalah Boedi Oetomo bersama priayi-priayi di sana. Dari usaha-usaha ini, dapat kita simpulkan bahwasanya kekuatan kedudukan priayi di kalangan masyarakat Jawa masihlah kuat. Sebenarnya usaha semacam ini sudah pernah dilakukan oleh Dr. Wahidin. Namun perbedaan usaha pendekatan yang dilakukan para siswa STOVIA ini lebih mengedepankan kehati-hatian dalam menentukan pilihan, dimana mereka banyak melakukan pendekatan kepada orang-orang yang dinilai sebagai priayi tinggi, yang telah tergugah hatinya. Sejauh ini, dapat kita ketahui kembali, faktor lain yang mampu menjadi kekuatan Boedi Oetomo adalah dukungan dari para priayi, yang pada bahasan sebelumnya cukup sulit untuk didapatkan.
Dalam 5 tahun berdirinya organisasi ini, organisasi ini telah berperan sebagai wadah bagi orang-orang yang memiliki keinginan untuk maju, dan mengabdi bagi bangsa. Organisasi ini pun mempunyai kedudukan monopoli, sehingga dapat maju pesat. Di akhir tahun 1909, Boedi Oetomo telah mempunyai kurang lebih 10.000 anggota dengan 40 cabang organisasi.
Dengan berdiri dan berkembangnya organisasi Boedi Oetomo telah lahirlah pula organisasi dengan model barat, dimana organisasi memiliki kepengurusan yang berperiodik, memiliki anggaran dasar dan anggaran rumah tangga serta program kegiatan, mengadakan rapat-rapat serta kongres, dan anggota-anggota nya pun banyak berpendapat.
Lantas, kita sampai pada pertanyaan utama kita :
apa yang organisasi Boedi Oetomo berikan pada pergerakan nasional?
Semangat dalam bentuk inisiatif untuk membuat organisasi yang mampu membawa perubahan dan menggolakan semangat pemuda.
Inisiatif Dr. Wahidin, Soetomo, dan Soeradji untuk membentuk organisasi Boedi Oetomo yang kemudian diikuti oleh organisasi-organisasi lain yang mungkin berbeda aliran seperti halnya Indiche Partij dan Sarekat Islam. Tahun-tahun tersebut merupakann ledakan panjang semangat organisasi Indonesia.
Walaupun sebenarnya, ada hal-hal lain yang membangkitkan semangat pergerakan nasional, diantaranya faktor Internasional, yaitu kebangkitan Asia yang berupa gelombang antusiasme di dunia Asia menyusul kemenangan Jepang atas Rusia tahun 1905.
Namun tentunya organisasi Boedi Oetomo ini memang memberikan dampak yang sangat besar bagi pergerakan nasional. Dengan faktor-faktor yang telah disinggung di atas, organisasi ini menjadi semakin kuat. Menurut Nagazumi (1987 ), diantara organisasi-organisasi nasional Indonesia yang pertama, Boedi Oetomo harus dipandang kurang penting dibandingkan Sarekat Islam. Tetapi di bidang lain arti penting Boedi Oetomo jangan hendaknya diremehkan. Bahwa organisasi itu secara relatif bebas dari prasangka keagamaan dan kemandekan tradisi, selanjutnya hasratnya untuk memajukan kecerdasan, serta kebencianya terhadap kepatuhan yang membabi-buta dan sikap masa bodoh, semuanya itu mencerminkan aspek-aspek terbaik di dalam etos jAwa san juga modernisme Belanda. Sebab itu, tidaklah mengherankan bahwa diantara semua organisasi pribumi, Boedi Oetomo adalah yang paling tanggap terhadap kecenderungan sikap progresif dalam politik etik Belanda.
Organisasi Boedi Oetomo pantas diberikan label sebagai organisasi pelopor pergerakan Indonesia, karena mampu menjadi jalan bertemunya orang-orang terpelajar Jawa, tanpa kehilangan kepercayaan dari Pemerintah Belanda.
Daftar Pustaka :
Nagazumi, Akira. 1989. Bangkitnya Nasionalisme Indonesia : Budi Utomo 1908-1918. Jakarta : Pustaka Utama Grafiti.
Van Miert, Hans. 2003. Dengan Semangat Berkobar : Nasionalisme dan Gerakan Pemuda di Indonesia, 1918-1930. Jakarta : Hasta Mitra, Pustaka Utan Kayu.
Pringgodigo SH, A.K. 1997. Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia. Jakarta : Dian Rakyat.
Apa yang dimaksud dengan Feodalisme? Dan jelaskan mengapa hal ini mengakar kuat pada masyarakat Jawa?
BalasHapus-kelompok portugis